Senin, 26 Maret 2012

NILAI WAKTU UANG

1.Present Value 
digunakan untuk untuk mengetahui nilai investasi sekarang dari suatu nilai dimasa datang. Untuk menghitung PV bisa menggunakan fungsi pv() yang ada dimicrosoft excel. Ada lima parameter yang ada dalam fungsi pv(), yaitu :
  • Rate, tingkat suku bunga pada periode tertentu bisa per bulan ataupun per tahun.
  • Nper, jumlah angsuran yang dilakukan.
  • Pmt, besar angsuran yang dibayarkan.
  • Fv, nilai akan datang yang akan dihitung nilai sekarangnya.
  • Type, jika bernilai 1 pembayaran dilakukan diawal periode, jika bernilai 0 pembayaran dilakukan diakhir periode.
Contoh :
Saat pensiun 25 tahun lagi saya ingin punya uang 1.000.000.000, berapakah nilai uang 1.000.000.000 saat ini, dengan asumsi pemerintah mampu mempertahankan inflasi satu digit, misal 8% per tahun, dengan menggunakan fungsi pv() masukkan nilai untuk parameter-parameter yang ada sebagai berikut :
  • Rate = 8%
  • Nper = 25
  • Pmt = 0, tidak ada angsuran yang dikeluarkan tiap tahunnya
  • Fv = 1000000000
  • Type = 0
Dari masukan diatas maka akan didapat nilai -146,017,904.91

Kenapa minus, sekali lagi itu sebagai tanda cash flow, untuk mendapatkan uang 1.000.000.000 25 tahun lagi maka saya harus mengeluarkan uang sebesar 146,017,904.91 saat ini atau dengan kata lain uang 1.000.000.000 25 tahun lagi sama nilainya dengan uang 146,017,904.91 saat ini, dengan asumsi inflasi konsisten sebesar 8% setiap tahun selama 25 tahun. 



2.Future Value (FV) 
digunakan untuk menghitung nilai investasi yang akan datang berdasarkan tingkat suku bunga dan angsuran yang tetap selama periode tertentu. Untuk menghitung FV bisa menggunakan fungsi fv() yang ada dimicrosoft excel. Ada lima parameter yang ada dalam fungsi fv(), yaitu :
  • Rate, tingkat suku bunga pada periode tertentu bisa per bulan ataupun per tahun.
  • Nper, jumlah angsuran yang dilakukan
  • Pmt, besar angsuran yang dibayarkan.
  • Pv, nilai saat ini yang akan dihitung nilai akan datangnya.
  • Type, jika bernilai 1 pembayaran dilakukan diawal periode, jika bernilai 0 pembayaran dilakukan diakhir periode.
Contoh 1:
Biaya masuk perguruan tinggi saat ini adalah Rp50.000.000, berapa biaya masuk perguruan tinggi 20 tahun yang akan datang, dengan asumsi pemerintah mampu mempertahankan inflasi satu digit, misal 8% per tahun, dengan menggunakan fungsi fv(), masukkan nilai untuk parameter-parameter yang ada sebagai berikut :
  • Rate = 8%
  • Nper = 20
  • Pmt = 0, tidak ada angsuran yang dikeluarkan tiap tahunnya
  • Pv = -50000000, minus sebagai tanda cashflow bahwa kita mengeluarkan uang
  • Type = 0
Dari masukan diatas maka akan didapat nilai 233,047,857.19

3.Net Present Value                  
Net Present Value atau biasa disingkat dengan NPV adalah merupakan kombinasi pengertian present value penerimaan dengan present value pengeluaran.
contoh perhitungan dibawah ini.
Suatu proyek dengan dengan investasi sebesar Rp. 7.000 juta dan tingkat bunga yang relevan sebesar 18%. Proyek ini diharapkan akan menghasilkan nilai sebesar Rp. 9.000 juta. Maka berapakah besarnya net present value yang akan dihasilkan?
PVpenerimaan = 9.000 / ( 1 + 0.18 )1 = Rp. 7,627 juta
PVinvestasi = 7.000 / ( 1 + 0.18 )0 = Rp. 7,000 juta
Maka Net Present Value yang dihasilkan adalah
NPV = PVinvestasi + PVpenerimaan
NPV = – 7,000 + 7,627 = Rp. 627 juta

4.Internal rate of return
Dapat didefinisikan sebagai bunga rata-rata yang dibayarkan terhadap saldo yang belum dibayarkan dalam sebuah pinjaman sehingga pembayaran saldo yang belum dibayarkan tersebut secara berkala sama dengan nol ketika akhir pembayarannya.
IRR adalah nilai 1% pada saat


Dimana:
Rk: pendapatan / penerimaan bersih pada tahun ke- K
Ek : pengeluaran bersih termasuk investasi pada tahun ke-K
N: masa hidup proyek

Untuk menentukan penerimaan suatu alternative I’% yang diperoleh dengan MARR (minimum attractive rate of return)
           i’ ≥ MARR ( diterima )
           i’ ≤ MARR ( tidak diterima)
contoh:
sebuah investasi sebesar  $10.000 dapat ditanamkan pada sebuah proyek yang akan memberikan penerimaan tahunan $5.310 selama 5 tahun dan mempunyai nilai sisa $2.000.  pengeluaran tahunan $3.000 untuk operasi dan pemeliharaan.perusahaan akan menerima proyek apapun yang memberikan “hasil” 10% atau lebih sebelum dikurangi pajak. Dengan menggunakan metode IRR tentukan apakah proyek tersebut sebaiknya diterima?
Jawab
NPW = 0
5,310 (P/A, i%, 5) + 2,000 (P/F, i%, 5) – 3,000 (P/A, i%, 5) – 10,000 = 0
2,310 (P/A, i%, 5) + 2,000 (P/F, i%, 5)  - 10,000 = 0
Dengan cara trial dan error, diperoleh hasil sebagai berikut:


Dilakukan interpolasi antara i’%  = 5 dan i’% = 10

Karena IRR < 10%, maka proyek tersebut sebaiknya diterima.



sumber:

Sabtu, 10 Maret 2012

DEPRESIASI / PENYUSUTAN

Depresiasi atau penyusutan dalam akutansi adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya. Penerapan depresiasi akan memengaruhi laporan keuangan, termasuk penghasilan kena pajak suatu perusahaan.
Metode yang paling mudah dan paling sering digunakan untuk menghitung penyusutan adalah metode penyusutan garis lurus (straight-line depreciation). Tapi selain itu, ada pula metode penghitungan lain yang bisa juga digunakan, seperti metode penyusutan dipercepat, penyusutan jumlah angka tahun, dan saldo menurun ganda.
1.       Metoda garis lurus
Dalam metode garis lurus maka nilai terdepresi / nilai yang didepresiasikan dari sebuah aktiva dibagi rata sepanjang taksiran umur manfaat aktiva tersebut.
Depresiasi=( Nilai Aktiva – Residu ) / Taksiran Umur Manfaat

Sebagai contoh : pada 1 januari 1990 PT subur jaya membeli becak motor dengan harga perolehan Rp.24.000.000, taksiran nilai residu Rp. 1.000.000, taksiran masa manfaat 5 thn, dann taksiran satuan hasil 100.000 km, ditanya hitunglah biaya depresiasi
Jawab :
Cara menjawabnya adalah dengan membagi harga perolehan didepresiasi dengan masa manfaat. Harga perolehan didepresiasi adalah harga perolehan dikurangi dengan nilai residu

Biaya Depresiasi
= Rp. (24.000.000  - 1.000.000 ): 5
= Rp.4.600.000
2. Metoda Saldo Menurun Ganda

Metode ini tidak memperhitungkan adanya nilai sisa / residu. Depresiasi tiap periode menggunakan prosentasi yang sama akan tetapi menghasilkan nilai yang berbeda karena nilai depresiasi pertama mengurangi nilai aktiva pada periode kedua dan seterusnya. Artinya nilai aktiva setiap periode selalu berbeda karena nilai aktiva menurun.
Prosentasi Depresiasi =( 100% / taksiran umur manfaat )x2
Depresiasi Periode 1= Prosentase Depresiasi xNilai Aktiva Periode 1
Depresiasi Periode 2 =Prosentase Depresiasi x Nilai Aktiva Periode2. Dimana nilai aktiva periode 2 adalah nilai aktiva awal dikurangi nilai depresiasi periode 1.


Berdasarkan contoh soal diatas
Jawab :
Caranya adalah pertama terlebih dahulu bagikan 100% dengan masa manfaat. Hasil dari pembagian tersebut dikali 2. dan setelah diperoleh hasilnya lalu dikalikan dengan harga perolehan.
Prosentasi Depresi = ( 100% / 5 ) * 2 = 40%
Depresiasi Periode1 = Rp 24.000.000 * 40% = Rp 9.600.000,-
Depresiasi Periode2 = ( Rp 24.000.000 – Rp 9.600.000 ) * 40% = Rp 20.160.000,-



3. Metode Angka-angka Tahun
Metode ini disebut jumlah angka-angka tahun karena tarif depresiasinya didasarkan pada suatu pecahan yang :
* Pembilangnya adalah tahun-tahun pemakaian aktiva yang masih tersisa sejak awal tahun ini.
* Penyebutnya adalah jumlah tahun-tahun sejak tahun pertama hingga tahun pemakaian yang terakhir

Berdasarkan contoh soal diatas
Jawab :

Untuk tahun pertama
Biaya Depresiasi
= 5/15 x Rp. 24.000.000
= Rp. 8.000.000
Untuk tahun kedua
Biaya Depresiasi = 4/15 x Rp. 24.000.000
= Rp. 6.400.000
Untuk tahun ketiga
Biaya Depresiasi = 3/15 x Rp. 24.000.000
= Rp.4 .800.000
Untuk tahun keempat
Biaya Depresiasi = 2/15 x Rp. 24.000.000
= Rp.3 .200.000
Untuk tahun kelima
Biaya Depresiasi = 1/15 x Rp. 24.000.000
= Rp. 1.600.000

sumber: id.wikipedia.org/wiki/Depresiasi